Dana 300 Juta Ludes, 2 Rumah Adat Ohoi Wulurat Malra Mangkrak, diduga Inspektorat ikut Main Mata Dengan Kepala Ohoi
CM, MALRA
Masyarakat Ohoi Wulurat Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) Provinsi Maluku semakin resah dengan adanya pembangunan 2 rumah adat yang mangkrak di Ohoi Wulurat meskipun anggaran yang dikucurkan dari pemerintah sebesar 300 juta rupiah sudah ludes di tangan kepala Ohoi tersebut.
Kepada media ini sumber yang enggan namanya disebut mengatakan untuk melengkapi Ohoi Wulurat sebagai objek wisata budaya di Kabupaten Maluku Tenggara yang telah masuk dalam Renstra Pemerintah Kabupaten, dimana Ohoi Wulurat dimasukkan dalam aset budaya sehingga disepakati membangun 4 buah rumah adat di dalam tembok batu yang saat ini telah menjadi aset budaya untuk Maluku Tenggara dengan sendirinya Ohoi wulurat masuk ke dalam situs budaya maka di tahun 2017 Ohoi Wulurat telah membangun 2 rumah adat yakni satu untuk rumah adat marga Rahangiar dan yang satunya Rumah Adat marga Morwarin dengan biaya 300 juta rupiah, namun sayangnya kedua bangunan rumah adat tersebut kini nampak terbengkalai dan tidak dilanjutkan lagi pembangunannya sehingga terlihat bagaikan bangunan kumuh yang tinggal rangka bangunan semata alias mangkrak tidak dilanjutkan pembangunannya.
Kepada wartawan sumber mengatakan wali dalam perencanaan harus dibangun 4 rumah adat di mana satu rumah adat Sarkol, rumah adat Rahangiar, rumah adat Morwarin dan rumah adat Moryaan.
"Ke depan dalam konteks persiapan infrastrukturnya maka di dalam tembok batu itu harus dibangun 4 rumah adat yaitu rumah adat Sarkol, rumah adat Rahangiar, rumah adat Morwarin dan rumah adat Moryaan di dalam situs itu sebagai kelengkapan dari budaya untuk penetapan Wulurat menjadi objek wisata budaya".ujarnya.
Dikatakan penetapan objek wisata ini bukan saja secara lokal semata tapi sudah menggaung secara internasional, dimana setiap tahunnya ada wisatawan mancanegara sudah datang ke Wulurat dan disuguhkan budayanya, sehingga adanya rumah adat ini sangatlah penting untuk pengembangan dan karena sangat penting maka di tahun 2017 anggaran pembangunan tahap pertama untuk 2 rumah adat itu dimasukkan dalam dana desa namun sangat disayangkan diduga ada unsur korupsi di dalamnya sehingga dua bangunan tersebut mangkrak sampai saat ini.
Menariknya meskipun 2 bangunan itu mangkrak alias tidak dilanjutkan pembangunannya akan tetapi didalam laporan kepada pihak Inspektorat itu 100 persen selesai.
"Di dalam laporan pertanggungjawabannya kepada inspektorat dilaporkan bahwa pembangunannya 100 persen selesai".sambungnya.
Sebagai informasi rumah adat Sarkol telah selesai sementara rumah adat keluarga Moryaan direncanakan pembangunannya multi year sehingga belum dibangun.
Kepada wartawan via sambungan WhatsApp sumber meminta agar pihak penegak hukum yakni Polisi dan Kejaksaan agar segera mengusut kepala Ohoi Wulurat dan perangkatnya terkait dugaan korupsi yang menyebabkan bangunan rumah adat yang mangkrak serta dugaan laporkan palsu kepada pihak inspektorat. Karena selain perangkat Ohoi dengan kepala Ohoi Deonisius Sarkol diduga kuat bermain mata dengan pihak Inspektorat selalu penerima laporan tanpa melakukan pemeriksaan terhadap bangunan yang mangkrak dengan menghabiskan dan negara sebesar 300 juta rupiah itu.(CM**)