Gunakan Uang Sertifikasi Untuk Peningkatan Kualitas diri selaku Pendidik


CM, AMBON

Tidak selamanya uang sertifikasi guru dihabiskan untuk hal-hal yang tidak berkualitas bahkan yang selama ini terkesan hanya untuk konsumsi bagi para guru yang memperoleh sertifikasi guru tetapi sebaliknya pengelolaan yang baik terhadap uang sertifikasi guru akhirnya dapat menghasilkan kualitas diri dari seorang pendidik penerima sertifikasi guru yang bermuara pada kualitas di dalam proses belajar mengajar sehingga menghasilkan siswa yang cerdas tetapi juga  mampu mengubah karakteristik siswa yang dianggap lemah karena memiliki kelainan tertentu  menjadi siswa yang memiliki kepercayaan diri dan mampu bersosialisasi dan  belajar secara normal bersama-sama dengan rekan-rekan di kelasnya serta berbaur dengan sesama siswa normal lainnya.

Pengalaman inilah yang dialami oleh ibu Ritta Arloy, S.Si, salah seorang staf pengajar di SMA Xaverius Ambon saat ini. 

Kepada wartawan di  Ambon Senin, 31/7 2023, guru mapel Kimia sekaligus guru penggerak angkatan pertama SMAVER ini mengatakan uang sertifikasi yang ia peroleh digunakan untuk peningkatan kualitas dirinya dengan mengikuti berbagai kegiatan misalnya salah satunya adalah penulisan praktek baik se-indonesia.

"Jadi ada banyak guru yang tergabung di dalam kegiatan itu dan hasilnya dibukukan.

Itu terjadi tahun lalu jadi kita bikin berita tentang hal-hal yang menarik yang dilakukan selama mengajar. Dan Kebetulan saya menulis cerita tentang salah satu siswa saya yang masuk dalam redaksinya kemudian diterbitkan buku yang berjudul " Pengabdian di Ruang Persegi"ujarnya.

Menurutnya, ketertarikan untuk membuat tulisan ini berawal dari pemahaman tentang sekolah penggerak yang harus memperhatikan karakteristik serta kebutuhan daripada peserta ajar atau peserta didik di mana kebetulan salah satu siswanya yang pernah curhat kepada dirinya selaku guru bahwa ia dicap oleh sebagian guru jika ia tidak dapat membaca ternyata dalam komunikasi sang siswa bukan tidak tahu membaca tetapi ia memiliki karakteristik tersendiri yakni menderita ekskresia yakni bisa membaca tetapi harus menunggu sampai hurufnya diam dulu baru dia bisa dapat membaca namun pada dasarnya sang siswa kesulitan untuk membedakan huruf b kecil p kecil  dan d yang baginya huruf-huruf itu mirip semuanya..

Kepada wartawan Arloy pun berkisah tentang penyelidikan yang dilakukan kepada orang tuanya untuk mengetahui latar belakang kondisi sang siswa dan akhirnya menemukan bahwa pada saat berada di SMP siswa tersebut pernah bermain dan jatuh dan bagian belakang kepalanya sempat tertumbuk di lantai sehingga mengakibatkan ada saraf yang terganggu sehinnga dari situlah kondisi khusus membaca huruf-huruf dan belajar di kelas Oleh sebab itu Arloy akhirnya memberitahukan kepada para guru yang mengajar di kelas Di mana siswa itu berada agar suara guru tidak keras pada saat mengajar.Karena apabila suara gurunya keras saat mengajar maka huruf-huruf yang tadinya sudah rapi pecah lagi sehingga sang siswa tidak bisa membaca sehingga dicap oleh guru-guru yang lain bahwa sang murid tidak bisa membaca.Dan syukurlah berkat dari Arloy akhirnya guru-guru lain pun ikut memahami dan proses belajar bagi sang siswa pun berlangsung dengan baik sampai akhirnya menamatkan pendidikannya di SMA Xaverius Ambon.

Kepada Wartawan Arloy menjelaskan pengalaman tersebut kemudian diangkat dalam sebuah penulisan bersama dengan rekan-rekan guru se-indonesia lainnya dalam sebuah buku yang akhirnya diterbitkan dengan judul pengabdian di ruang persegi.(EP)