Warga Amtal Ewav Gelar Natal Kristus Bernuansa Kekeluargaan Ain Ni Ain
Ambon,
cahayamaluku.com
Bertempat
di aula PGSD Ambon, keluarga Besar Kei Maluku Tenggara yang tergabung dalam
organisasi Amtal Ewav menggelar Natal Kristus yang bertemakan “It voing fo Kut,
It Fau fo Banglu” Natal Kristus yang dihadiri juga oleh salah satu kandidat
Calgub Maluku, Herman Koedoeboen yang juga mantan Bupati Maluku Tenggara itu berlangsung
dalam suasana kekeluargaan yang kental bercirikan budaya ain ni ain yang tidak
saja dihadiri o9leh umat Kristen tetapi juga dihadiri oleh basudara muslim.
Sebelum
lantunan lagu-lagu natal dikumandangkan dan upacara ibadah natal berlangsung,
dua orang sesepuh Maluku Tenggara, masing-masing Karim Rahayaan dan Yan Renyaan
terlebih dahulu memberikan nasihat natal bagi warga Amtal Ewav. Menurut Karim
Rahayaan, sebelum agama masuk di kei 600 tahun sebelumnya warga Kei memiliki
kepercayaan “hindu” atau agama asli moyang-moyang dan seiring dengan berjalannya
waktu saat agama-agama modern masuk ke Kei berturut-turut dari agama Islam
kemudian menyusul Katolik dan akhirnya Protestan, orang-orangtua kemudian
membagi anggota keluarganya sebagian masuk Muslim, yang lain masuk Katollik dan
yang lain lagi menjadi Pro9testan.
Dengan
demikian kehidupan beragtama orang Kei sangat jelas karena agama bukanlah
memisahkan kehidupan ain ni ain orang Kei melainkan justru mempersatukan. Hal inilah
yang menyebabkan dirinya menjadi salah seorang pelopor perdamaian di Maluku
saat konflik kemanusiaan berlangsung belasan tahun yang lalu, kata Karim. Ia
berharap kehidupan kekeluargaan yang tercipta sejak 600 tahun lalu tetap
terjaga baik oleh seluruh warga Kei baik di tanah rantau maupun di tanah susbeb
di Kei. Oleh sebab itu ia juga berharap setelah perayaan natal Keistus ini
digelar maka saat Idul Fitri nanti warga Amtal Ewav juga mengkoordinir dan melaksanakan
pula perayaan Idul Fitri bagi warga Amtal Ewav sebagaimana perayaan natal yang
meriah ini.
Sementara
itu petuah dari sesepuh yang lain, Yan Renyaan mengatakan selaku warga Amtal
Ewav hendaknya senantiasa mengikuti ajakan dari pengi8njil Lukas yang menulis
tentang “Hari Ini Telah Lahir Bagimu Juru Selamat. Menurutnya m3engikuti ayat
tersebut maka setiap hari itu Yesus lahir bagi seluruh umat Manusia, tidak hany
pada tanggal 25 Desember melainkan pada setiap harinya. Itu berarti setiap
orang harus mengusahakan dalam dirinya, dalam keluarganya dan dalam
masyarakatnya damai dan sejahtera natal dan harus mampu mengejawantahkannya ke
dalam kehidupan nyata dalam relasi dengan Tuhan dan relasi dengan manusia
sesamanya. Malam natal ain ni ain itu dipimpin secara bersama-sama oleh Pendeta
Protestan dan p0astor dari Katolik.
Menariknya
bahwa selain lagu-lagu natal sebagaimana ciri khas perayaan natal, warga Amtal
Ewav juga menghadirkan sejumlah tarian dan paduan suara yang tidak saja bernuansa
gerejawi akan tetapi juga dalam budaya dan khasanah masyarakat Kei seperti beberapa
syair lagu yang diangkat dengan berlatar belakang “Ngel-Ngel” dan tarian nyerik
dari Kei.. Sangat menarik karena suasana Natal itu hampir terbilang lengkap menampilkan
kebiasaan yang hidup dan berkembang di Kei, mengapa tidak kesan dan pesan natal
yang lebih tepat disebut sebagai petuah dalam kehidupan orang Kei disampaikan
oleh kedua sesepuh yang salah satunya beragama muslim yang merupakan orang yang
disegani dan dihormati oleh keluarga dan masyarakat Kei baik di Ambon maupun di
Kei, sementara pendeta dari gereja Protestan tampil memimpin liturgi malam
Natal, sedang pastor dari gereja Katolik membawakan doa umat atau doa syafaat.
Sementara
itu Ketua Panitia, Yahya Balyanan dalam laporannya mengatakan perayaan natal
yang digagas oleh persekutuan Amtal Ewav yang berdomisili di Passo Kota Ambon ini
merupakan implementasi dari tujuan
pembentukan organisasi ini dimana sebelumnya dicanangkan sebulan sekali dalam
akhir bulan melakukan ibadat bersama. Selanjutnya menurut Balyanan, dengan sorotan
tema ?it foing fo Kut, It Fau fo Banglu, bagaimana warga Kei yang ada di Ambon
meningkatkan tali persaudaraan orang Kai, baik Salam maupun Sarani seraya
meninggalkan semua persoalan dan salah faham hari-hari sebelumnya untuk melihat
ke depan,yang dalam bahasa Kei disebut u weil-weil ai rang-rang artinya sebagai
orang Kei tidak melihat hal-hal di belakangnya akan tetapi selalu melihat ke
depan. Ia berharap perayaan malam Natal ini merupakan titik star kembali merajut
persaudaraan untuk berjuang bersama-sama meniti hidup sebagai orang Kei di
rantau ke depan.(CM-01)