Animo Masuk PAUD Kasih Mandiri Meningkat

Brigitina: Kasih Mandiri Miliki Visi Pelayanan dan Perhatikan HAK Anak.

Ambon, cahayamaluku.com

Kepala  Sekolah PAUD Kasih Mandiri, Juen Patty mengatakan tahun pelajaran 2016/2017 minat masuk PAUD yang dipimpinnya termasuk sangat banyak meski pun demikian pihaknya harus menyeleksi secara cermat dan bijaksana dimana seluruh siswa yang terdaftar dan tertampung sebanyak 25 anak. Demikian antara lain penegasan Patty kepada wartawan di ruang kerjanya Senin, 18/7/16.

Dikatakan, dari 25 siswa yang masuk, 8 di antaranya  berasal dari orangtua berpenghasilan rendah sehingga sekolah dan Yayasan Kasih Mandiri menempuh kebijakan untuk membebaskan mereka dari biaya alias gratis. Meskipun demikian, orangtua diminta untuk menanggung seragam dari anak-anak tersebut. Kepada wartawan Patty menjelaskan untuk hari pertama siswa PAUD yang masuk tempat belajarnya sebanyak 19 anak sementara siswa akan menyusu hari Selasa. Ia juga menjelaskan, dengan bertambahnya 25 siswa baru berarti jumlah keseluruhan siswa di PAUD itu untuk tahun 2016 lebih dari 60 anak.

Sementara itu, Ketua Yayasan Kasih Mandiri, Bunda Brigitina di tempat yang sama mengatakan pada hari pertama anak-anak PAUD Kasih Mandiri telah memulai kegiatannya pada Senin, 18/7 dan setiap tahunnya animo masuk ke PAUD Yang dipimpinnya itu bervariasi dan banyak sekali orangtua yang ingin memasukkan anaknya di PAUD tersebut, namun pihaknya lebih mengutamakan kualitas meskipun tempat belajarnya cukup sederhana. Meskipun demikian menurut Brigitina, pihaknya juga lebih mengutamakan hak anak, jadi saat seleksi pendaftaran kalau anak minta untuk masuk ke PAUD Kasih Mandiri maka sekalipun tempat belajarnya kecil dan sederhana tetapi pihaknya memperhatikan keinginan anak tersebut dengan menampungnya di PAUD Kasih Mandiri. Ia menyebutkan misalnya ada anak yang tinggalnya di Ahuru dimana ada PAUD di dekat rumahnya akan tetapi karena anak minta untuk masuk ke PAUD Kasih Mandiri sementara orangtua berkeinginan untuk masuk di PAUD di Ahuru maka pihaknya kemudian mengarahkan orangtua untuk mendengarkan kemauan anak yang merupakan haknya anak tersebut.


Selain itu wujud dari mendengarkan anak yang merupakan hak anak, menurut Brigitina di PAUDnya juga tetap disiapkan kelas bagi siswa yang telah berusia TK akan tetapi tidak mau pindah ke TK maka pihaknya tetap menghargai dan memperhatikan hak anak tersebut untuk tetap ada di PAUD Kasih Mandiri sampai tiba saatnya pindah ke SD melalui wisuda bersama teman-teman angkatan di bawahnya, meskipun dirinya menyadari bahwa seharusnya anak-anak itu sudah harus berpindah ke TK formal akan tetapi demi hak anak maka saat mereka tidak mau pindah ke TK formal, pihaknya menyediakan kelas T%K di PAUDnya meskipun disadari bahwa PAUDnya lebih kepada Kelompok Bermain dan bukan TK. Di sisi lain kata Brigitina, kebijakan tersebut juga tidak terlepas dari adanya keluhan dari banyak orangtua yang menyatakan di tempat lain PAUDnya tidak berkembang baik sebagai akibat dari KB itu sendiri adalah usaha masyarakat yang mula-mula jalan lancar akan tetapi dalam perjalanannya mengalami kesulitan terutama soal dukungan dana sehingga hanya satu dua PAUD saja yang bertahan terutama PAUD yang guru-gurunya telah mapan dalam soal ekonomi sehingga tidak mengharapkan sesuatu yang lebih secara finansial dari pengelola PAUD, sementara untuk PAUD Kasih Mandiri, kata Brigitina, meskipun terkadang tidak ada dana untuk membayar para gurunya dan kebutuhan lain dari PAUD tersebut, akan tetapi pihaknya tetap berusaha untuk tetap jalan karena visi dari PAUD Kasih Mandiri itu sendiri yakni pelayanan dan memperhatikan hak anak yang lain kali tidak diperhitungkan di tempat lain.(CM)